Sabtu, 15 November 2014

Daftar Peserta KOMKAT Regio Sumatra

KEUSKUPAN AGUNG MEDAN



Sr. Oktaviana, KSFL
Herdin Lingga
Marhosing ParsaulianTampubolon
Ananta Bangun

KEUSKUPAN SIBOLGA
P. Cornel Fallo, SVD
Faostinus Zalukhu, S.Pd.
Alboin Sitanggang
Pius Aprilman
Telaumbanua


KEUSKUPAN PADANG
P. Alex I. Suwandi, Pr
P. Yohanes Cahaya, Pr
P. Pardomuan
Benedictus M., Pr
Yohanes Sri Ratno Putro
Windy Subanto
Antonius Suharsono, S.Pd.

KEUSKUPAN AGUNG PALEMBANG
P. Vincensius SetiawanTriatmojo, Pr
Frans Sugiyana

KEUSKUPAN PANGKAL PINANG
Alfonsus G. Liwun
Agustinus Supriyanto

KEUSKUPAN TANJUNG KARANG
P. Stepanus Widiyanto, Pr
Sr. M. Isabella, FSGM
Anastasia PeniTri Kartikasari
Nikolaus Oran Kaha
Frans Widodo

HIERARKIS GEREJA KATOLIK



HIERARKIS GEREJA KATOLIK

Menurut Ajaran resmi Gereja struktur Hierarkis termasuk hakikat kehidupan-nya juga. Perutusan ilahi, yang dipercayakan Kristus kepada para rasul itu, akan berlangsung sampai akhir zaman (lih. Mat 28:20). Sebab Injil, yang harus mereka wartakan, bagi Gereja merupakan azas seluruh kehidupan untuk selamanya. Maka dari itu dalam himpunan yang tersusun secara hirarkis yaitu para Rasul telah berusha mengangkat para pengganti mereka.Maka Konsili mengajarkan bahwa "atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja" Kepada mereka itu para Rasul  berpesan, agar mereka menjaga seluruh kawanan, tempat Roh Kudus mengangkat mereka untuk menggembalakan jemaat Allah (lih. Kis 20:28).(LG 20). Pengganti meraka yakni, para Uskup, dikehendaki-Nya menjadi gembala dalam Gereja-Nya hingga akhir jaman (LG 18).
makdud dari "atas penetapan ilahi para uskup menggantikan para rasul sebagai gembala Gereja" ialah bahwa dari hidup dan kegiatan Yesus timbulah keplompok orang yang kemudian berkembang menjadi Gereja, seperti yang dikenal sekarang. Proses perkembangan pokok itu terjadi dalam Gereja perdana atau Gereja para rasul, Yakni Gereja yang mengarang Kitab Suci Perjanjian baru. Jadi, dalam kurun waktu antara kebangkitan Yesus dan kemartiran St. Ignatius dari Antiokhia pada awal abad kedua, secara prinsip terbentuklah hierarki Gereja sebagaimana dikenal dalam Gereja sekarang.
Struktur Hierarkis Gereja yang sekarang terdiri dari dewan para Uskup dengan Paus sebagai kepalanya, dan para imam serta diakon sebagai pembantu uskup 

1. Para Rasul



Sejarah awal perkembangan Hierarki adalah kelompok keduabelas rasul. Inilah kelompok yang sudah terbentuk waktu Yesus masih hidup. Seperti Paulus juga menyebutnya kelompok itu " mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku" (Gal 1:17). Demikian juga Paulus pun seorang rasul, sebagaimana dalam Kitab Suci (1Kor 9:1, 15:9, dsb)
Pada akhir perkembangannya ada struktur dari Gereja St. Ignatius dari Antiokhia, yang mengenal "penilik" (Episkopos), "penatua" (presbyteros), dan "pelayan" (diakonos). Struktur ini kemudian menjadi struktur Hierarkis yang terdiri dari uskup, imam dan diakon.

2. Dewan Para Uskup
Pada akhir zaman Gereja perdana, sudah diterima cukup umum bahwa para uskup adalah pengganti para rasul, seperti juga dinyatakan dalam Konsili Vatikan II (LG 20). Tetapi hal itu tidak berarti bahwa hanya ada dua belas uskup (karena duabelas rasul). Disini dimaksud bukan rasul satu persatu diganti oleh orang lain, tetapi kalangan para rasul sebagai pemimpin Gereja diganti oleh kalangan para uskup. hal tersebut juga di pertegas dalam Konsili Vatikan II (LG 20 dan LG 22).
Tegasnya, dewan para uskup menggantikan dewan para rasul. Yang menjadi pimpinan Gereja adalah dewan para uskup. Seseorang diterima menjadi uskup karena diterima kedalam dewan itu. itulah Tahbisan uskup, "Seorang menjadi anggota dewan para uskup dengan menerima tahbisan sakramental dan berdasarkan persekutuan hierarkis dengan kepada maupun para anggota dewan" (LG 22). Sebagai sifat kolegial ini, tahbisan uskup belalu dilakukan oleh paling sedikit tiga uskup, sebab tahbisan uskup berarti bahwa seorang anggota baru diterima kedalam dewan para uskup (LG 21).

3. Paus

Kristus mengangkat Petrus menjadi ketua para rasul lainnya untuk menggembalakan umat-Nya. Paus, pengganti Petrus adalah pemimpin para uskup.
Menurut kesaksian tradisi, Petrus adalah uskup Roma pertama. Karena itu Roma selalu dipandang sebagai pusat dan pedoman seluruh Gereja. Maka menurut keyakinan tradisi, uskup roma itu pengganti petrus, bukan hanya sebagai uskup lokal melainkan terutama dalam fungsinya sebagai ketua dewan pimpinan Gereja. Paus adalah uskup Roma, dan sebagai uskup Roma ia adalah pengganti Petrus dengan tugas dan kuasa yang serupa dengan Petrus. hal ini dapat kita lihat dalam sabda Yesus sendiri :
"Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga. Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Mat 16:17-19).

4. Uskup

Paus adalah juga seorang uskup. kekhususannya sebagai Paus, bahwa dia ketua dewan para uskup. Tugas pokok uskup ditempatnya sendiri dan Paus bagi seluruh Gereja adalah pemersatu. Tugas hierarki yang pertama dan utama adalah mempersatukan dan mempertemukan umat. Tugas itu boleh disebut tugas kepemimpinan, dan para uskup "dalam arti sesungguhnya disebut pembesar umat yang mereka bimbing" (LG 27).
Tugas pemersatu dibagi menjadi tiga tugas khusus menurut tiga bidang kehidupan Gereja. Komunikasi iman Gereja terjadi dalam pewartaan, perayaan dan pelayanan. Maka dalam tiga bidang itu para uskup, dan Paus untuk seluruh Gereja, menjalankan tugas kepemimpinannya. "Diantara tugas-tugas utama para uskup pewartaan Injilah yang terpenting" (LG 25). Dalam ketiga bidang kehidupan Gereja uskup bertindak sebagai pemersatu, yang mempertemukan orang dalam komunikasi iman.

5. Imam

Pada zaman dahulu, sebuah keuskupan tidak lebih besar daripada sekarang yang disebut paroki. Seorang uskup dapat disebut "pastor kepala" pada zaman itu. dan imam-imam "pastor pembantu", lama kelamaan pastor pembantu mendapat daerahnya sendiri, khususnya di pedesaan. Makin lama daerah-daerah keuskupan makin besar. Dengan Demikian, para uskup semakin diserap oleh tugas oraganisasi dan administrasi. Tetapi itu sebetulnya tidak menyangkut tugasnya sendiri sebagai uskup, melainkan cara melaksanakannya. sehingga uskup sebagai pemimpin Gereja lokal, jarang kelihatan ditengah-tengah umat.
melihat perkembangan demikian, para imam menjadi wakil uskup. "Di masing-masing jemaat setempat dalam arti tertentu mereka menghadirkan uskup. Para imam dipanggil melayani umat Allah sebagai pembantu arif bagi badan para uskup, sebagai penolong dan organ mereka" (LG 28).
Tugas konkret mereka sama seperti uskup: "Mereka ditahbiskan untuk mewartakan Injil serta menggembalakan umat beriman, dan untuk merayakan ibadat ilahi"

6. Diakon
"Pada tingkat hiererki yang lebih rendah terdapat para diakon, yang ditumpangi tangan 'bukan untuk imamat, melainkan untuk pelayanan'" (LG29). Mereka pembantu uskup tetapi tidak mewakilinya.
Para uskup mempunyai 2 macam pembantu, yaitu pembantu umum (disebut imam) dan pembantu khusus (disebut diakon). Bisa dikatakan juga diakon sebagai "pembantu dengan tugas terbatas". jadi diakon juga termasuk kedalam anggota hierarki

Istilah nama:
seorang kardinal adalah seorang uskup yang diberi tugas dan wewenang memilih Paus baru, bila ada seorang Paus yang meninggal. (karena Paus adalah uskup roma, maka Paus baru sebetulnya dipilih oleh pastor-pastor kota Roma, khususnya pastor-pastor dari gereja-gereja "utama" (cardinalis)). Dewasa ini para kardinal dipilih dari uskup-uskup seluruh dunia. lama kelamaan para kardinal juga berfungsi sebagai penasihat Paus, bahkan fungsi kardinal menjadi suatu jabatan kehormatan. Para kardinal diangkat oleh Paus. Sejak abad ke 13 warna pakaian khas adalah merah lembayung.


EKARISTI DAN KELUARGA



EKARISTI DAN KELUARGA
oleh         : Frans Widodo



1. Pengantar

            Hidup berkeluarga di zaman modern tidak sedikit tantangannya. Pengaruh moderinisasi, budaya hedonisme, konsumerisme dan materialisme tidak jarang menerpa kehidupan keluarga sedemikian kuat, sehingga seolah keluarga tidak lagi berdaya untuk menepisnya. Suami isteri kerja keras banting tulang untuk mencari uang guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
            Akan tetapi, walaupun secara materi berkelimpahan, namun secara rohani atau spiritual terasa kering, dangkal dan semu serta seolah merasa tidak puas dengan apa yang telah diraihnya. Jika situasi kehidupan keluarga semacam ini dibiarkan, maka bukan mustahil keluarga itu akan merasa kekeringan di tengah bergelimang harta bendanya, yang pada gilirannya akan menggoyahkan kehidupan Rumah Tangga dan bukan mustahil akan merobohkannya.
            Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga (Eclesia Domestica). Ia dikatakan sebagai Gereja jika ia hidup dan menghidupi kebersamaan hidup dan hidup bersama itu dengan dan dalam nama Yesus.Yesuslah kepala Gereja Rumah Tangga itu. Janji Yesus kepada setiap Rumah Tangga,” Dimana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam namaKu, Aku hadir di tengah-tengahnya.” (Mat.4:4).
            Keluarga mewujudkan dirinya sebagai Gereja manakala di keluarga itu terdapat kebiasaan makan bersama. Makan bersama merupakan wujud kebersamaan sebagaai keluarga. Rezeki anugerah Tuhan disyukuri dan dinikmati dengan sukacita di dalam keluarga.Makan bersama merupakan wujud persekutuan keluarga. Makan bersama merupakan bentuk persaudaraan dan persatuan keluarga. Kesatuan dan persatuan keluarga ini merupakan rahmat yang diperlukan agar keluarga itu tetap utuh dan lestari.
            Wujud Gereja Keluarga juga dinyatakan juga dengan cara berkumpul dan berdoa serta mendengarkan Firman Tuhan lewat pembacaan Kitab Suci.Keluarga kristiani hendaknya meneladani Gereja perdana yang tidak hanya rajin berkumpul dan berdoa tetapi juga gemar mendengarkan Firman Tuhan, melalui pembacaan Kitab Suci. ( Bdk. Kis 2:42).
            Janji Yesus kepada setiap keluarga digenapi oleh Yesus dengan cara mmenyediakan hidangan dua meja yang harus dijadikan sumber kehidupannya, yakni meja mimbar dimana setiap keluarga dapat mendengarkan, merenungkan dan membatinkan setiap sabda Tuhan untuk menjadi sumber kekuatannya.Meja kedua ialah Altar atau meja kurban dimana setiap keluarga dapat menimba sumber kehidupannya, yakni menyambut tubuh dan darah Kristus lewat perjamuan kudus.

2.  Mimbar Meja Sabda
            Tata Upacara ekaristi disusun dalam empat rubrik yakni ritus pembuka, Liturgi sabda, liturgi Ekaristi dan ritus penutup.Pada saat mengikuti perayaan ekaristi setelah ritus pembuka selesai, selanjutnya umat memasuki liturgi Sabda dimana segala daya diarahkan pada meja mimbar guna dapat ambil bagian secara penuh mulai dari bacaan pertama, Mz. Tanggapan, Bacaan kedua, bait pengantar Injil, Pembacaan Injil dan homili. Tujuannya ialah tidak lain agar hal pokok dalam liturgi sabda tidak terlewatkan begitu saja.Mengapa ? karena melalui lturgi sabda tersebut Tuhan ingin menyampaikan pesanNya kepada seluruh jemaat yang hadir.
            Yesus pernah bersabda,”manusia hidup bukan saja dari roti melainkan juga dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” ( Mat.4:4).Keluarga kristiani mewujudkan diri sebagai Gereja yang dinamis, jika ia hidup dan menghayati suatu kehidupan yang dengan tekun mendengarkan pangajaran para rasul dan dalam persekutuan ( Bdk. Kis 2:42).Tekun mendengarkan para rasul artinya setiap keluarga kristiani selalu merindukan untuk mendengarkan Firman Tuhan yang disediakan melalui meja mimbar.
            Dalam dan melalui meja mimbar, keluarga kristiani mendengarkan pewartaan Tuhan, lewat bacaan-bacaan Kitab Suci, Mz Tanggapan,dan terutama melalui homili yang disajikan oleh hamba Tuhan yakni para imam tertahbis, keluarga kristiani menimba kekuatan/daya yang menguatkan atau obor yang menerangi kehidupannya guna melaksanakan tugas perutusannya.
            Oleh karena itu jika keluarga hadir dalam perayaan misa saat menjelang liturgi ekaristi alias persiapan persembahan, maka sejatinya ia kehilangan hal yang pokok dalam keseluruhan ekaristi yakni Liturgi sabda, dimana Yesus sendiri hadir dan bersabda lewat pembacaan Firman Tuhan guna menyampaikan pesan kebenaran FirmanNya yang amat bermanfaat bagi kehidupan manusia pada umumnya dan keluarga pada khsusnya.

3. Altar Meja Kurban
            Apa sebabnya keluarga Kristiani merindukan pesta perjamuan Kudus? Sebagaimana setiap perjamuan boleh dihayati bukan saja untuk memenuhi kebutuhan pribadi, sosial dan berfungsi sebagai sarana untuk menciptakan persaudaraan, persatuan serta perdamaian dengan “yang kudus” Demikian juga perjamuan Kudus dapat dihayati sebagai simbol untuk menyatakan persatuan dan kesatuan dengan sesama dan Yahwe, sebagaimana dinyatakan dalam Perjanjian Sinai, yakni terciptanya suatu masyarakat yang adil dan benar.
            Dalam Perjamuan ini Yahwe dirasakan hadir sebagai tamu, sekaligus sebagai teman sehidangan. kehadiran Allah dalam Perjamuan itu dihayati sebagai peristiwa “keselamatan”. Peristiwa keselamatan itu dinyatakan dengan pengangkatan piala syukur. Syukur atas keselamatan yang telah diberikan: pembebasan dari Mesir, tanah yang subur (rezeki) dan keturunan.
            Aktivitas makan-minum (perjmuan) juga dipakai oleh Yesus dalam pewartaanNya, sebab makan kecuali untuk menciptakan persatuan dan persaudaraan, juga menjadi lambang bagi perjamuan abadi yang dislenggarakan oleh Bapa bagi setiap insan.. Yesus sebelum mengalami penderitanNya, Ia mengadakan perjamuan makan bersama para rasul. itulah perjamuan terakhir. dengan itu Yesus menyatakan bahwa keselamatan terjadi dan terpenuhi dalam diri Yesus lewat sengsara, wafat dan kebangkitanNya.
            Dalam perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan, penyelamat kita mengadakan kurban ekaristi, tubuh dan darahNya untuk melangsungkan kurban salib selama peredaran abad sampai Ia datang kembali. Dengan demikian Ia mempercayakan kepada Gereja, mempelainya yang tercinta, peringatan akan wafat dan kebangkitanNya: Sakramen kasih sayang, tanda kesatuan, ikatan cinta kasih, Perjamuan Paskah, dimana kristus disantap, jiwa dipenuhi rahmat dan dberi jaminan kemualiaan kekal.
            Pangkal Ekaristi adalah Perjamuan terakhir Yesus dengan para muridNya, dimanaYesus melaksanakan dua tindakan, yakni memberi diriNya sebagai santapan dan mempersembahkan diri, sebagai tanda ketaatannya kepada Bapa. melalui Perjamuan diungkapkan kebersamaan dan persaudaraan, baik dengan sesama maupun dengan yesus sendiri, karena perjamuan itu sendiri disucikan oleh Roh Kudus.
            Jadi dalam dan melalui ekaristi peristiwa penyelematan, yang dikerjakan Allah dalam diri Yesus itu dirayakan, diwartakan, dikenangkan dan dihadirkan kembali ( I Kor 11:26). Yesus yang menderita, wafat dan kemudian bangkit itu , kini hadir dalam diri umat yang aktif, hadir dalam sabda yang diwartakan dan hadir terutama dalam rupa roti dan anggur yang dikonsakrir.
            Oleh karena setiap orang yang hadir dalam perayaan ekaristi serta ambil bagiansecara aktif dari keseluruhan upacara, ia mengalami kahadiran dan kebersatuannnya dengan Tuhan pun dengan sesama. Pengalaman kehadiran dan kebersatuannya dengan Tuhan dan sesama itu manakala ia menyantap roti dan anggur yang dikonsakrir itu. Yesus Kristus hadir dalam rupa roti dan anggur, sehingga yang menyambut dapat merasakan, mengecap dan menyantap tubuh Kristus sendiri. Inilah keselamatan itu, yakni ketika manusia bersatu dengan Tuhan dan sesama, lalu yang dirasakan adalah damai, Syalom.
            Dengan demikian setiap keluarga kristiani hendaknya selalu merindukan Ekaristi. Akan tetapi mengapa ? Jawabannya ialah karena ekaristi merupakan sumber hidup keluarga. Dari Ekaristilah semua kekuatan rahmat untuk berkarya. Ekaristi itu akan menjiwai dan menjadi kekuatan bagi karya dan kehidupan keluarga.
            Ekaristi disebut sebagai sumber hidup keluarga, karena iman kristiani meyakini bahwa Yesus Kristus yang datang dari Bapa itu melaksanakan karya keselamatan melalui sengsara, wafat dan kebangkitanNya. Dari peristiwa inilah keselamatan manusia dinyatakkan secara penuh, utuh dan kongkrit. Peristiwa inilah yang dikenangkan dan dihadirkan oleh keluarga kristiani dalam ekaristi.Dengan itu Ekaristi menjadi sumber hidupnya, sebab dalam dan melalui ekaristi itu setiap keluarga memperoleh keselamatan, sekaligus menerima rahmat pengudusan untuk berkarya dalam hidup kesehariannya.
            Jemaat beriman yang tegabung dalam Gereja Rumah Tangga itu merupakan bagian dari mempelai Kristus yang tercinta, yang bisa hidup hanya dari Kristus sendiri. Gereja Rumah Tangga itu merupakan kaum pilihan Allah yang kini tengah berziarah menuju Tanah Air Surgawi. Perjalanan menujunGereja Yang Jaya itu membutuhkan bekal. Bekal perjalanan itu sumbernya tidak lain adalah Ekaristi.















Jumat, 14 November 2014

MAKNA PERAYAAN EKARISTI


oleh Team Katekese
Ekaristi

EKARISTI SEBAGAI KENANGAN DAN PELAKSANAAN KARYA PENYELAMATAN ALLAH
Dengan merayakan Ekaristi, umat beriman mengenangkan Misteri Penyelamatan Allah dalam Yesus Kristus, dan sekaligus melaksanakan amanat Yesus, “Lakukanlah ini sebagai kenangan akan aku.”
Dalam perayaan Ekaristi, kita bukan hanya sekedar mengenang apa yang dibuat oleh Yesus. Lebih dari itu, bersama Yesus kita melaksanakan Karya penyelamatan Allah. Sebab Yesus sendirilah yang hadir dan memimpin perayaan Ekaristi dalam diri Imam. Maka dalam peryayaan Ekaristi, imam bertindak lebih daripada hanya “atas nama” atau sebagai “wakil” saja, melainkan bertindak “dalam Pribadi Yesus.” (Christus Dominus art. 28)
Dengan kata lain: Yesuslah yang bersabda dan berkarya dalam Perayaan Ekaristi.

EKARISTI SEBAGAI WUJUD KESATUAN DENGAN KRISTUS
Dengan mengatakan”Ambillah dan Makanlah, sebab inilah TubuhKu – Ambillah dan Minumlah, sebab ini piala DarahKu”, Kristus mengikat hubungan dengan para murid. Mereka terlibat dalam peristiwa yang diadakan bagi mereka.
Maka kita yang menyembut Tubuh dan Darah Kristus (Komuni), kita bersatu dengan Kristus. Yesus sendiri bersabda,”Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku, dan Aku di dalama dia.”

EKARISTI SEBAGAI WUJUD KESATUAN UMAT (GEREJA)
Dengan bernyanyi bersama, berdoa bersama dan dangan gerak-gerok yang sama, serta memakan Roti yang satu dan sama, orang yang ikut dalam perayaan Ekaristi dipersatukan oleh ikatan cinta, membentuk satu tubuh dalam Kristus. (bbk.Lumen Gentium art.3)