EKARISTI DAN KELUARGA
oleh :
Frans Widodo
1. Pengantar
Hidup berkeluarga di zaman modern tidak sedikit
tantangannya. Pengaruh moderinisasi, budaya hedonisme, konsumerisme dan
materialisme tidak jarang menerpa kehidupan keluarga sedemikian kuat, sehingga
seolah keluarga tidak lagi berdaya untuk menepisnya. Suami isteri kerja keras
banting tulang untuk mencari uang guna memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
Akan tetapi, walaupun secara materi berkelimpahan, namun
secara rohani atau spiritual terasa kering, dangkal dan semu serta seolah
merasa tidak puas dengan apa yang telah diraihnya. Jika situasi kehidupan
keluarga semacam ini dibiarkan, maka bukan mustahil keluarga itu akan merasa
kekeringan di tengah bergelimang harta bendanya, yang pada gilirannya akan
menggoyahkan kehidupan Rumah Tangga dan bukan mustahil akan merobohkannya.
Keluarga adalah Gereja Rumah Tangga (Eclesia Domestica).
Ia dikatakan sebagai Gereja jika ia hidup dan menghidupi kebersamaan hidup dan
hidup bersama itu dengan dan dalam nama Yesus.Yesuslah kepala Gereja Rumah
Tangga itu. Janji Yesus kepada setiap Rumah Tangga,” Dimana ada dua atau tiga
orang berkumpul dalam namaKu, Aku hadir di tengah-tengahnya.” (Mat.4:4).
Keluarga mewujudkan dirinya sebagai Gereja manakala di
keluarga itu terdapat kebiasaan makan bersama. Makan bersama merupakan wujud
kebersamaan sebagaai keluarga. Rezeki anugerah Tuhan disyukuri dan dinikmati
dengan sukacita di dalam keluarga.Makan bersama merupakan wujud persekutuan
keluarga. Makan bersama merupakan bentuk persaudaraan dan persatuan keluarga.
Kesatuan dan persatuan keluarga ini merupakan rahmat yang diperlukan agar
keluarga itu tetap utuh dan lestari.
Wujud Gereja Keluarga juga dinyatakan juga dengan cara
berkumpul dan berdoa serta mendengarkan Firman Tuhan lewat pembacaan Kitab
Suci.Keluarga kristiani hendaknya meneladani Gereja perdana yang tidak hanya
rajin berkumpul dan berdoa tetapi juga gemar mendengarkan Firman Tuhan, melalui
pembacaan Kitab Suci. ( Bdk. Kis 2:42).
Janji Yesus kepada setiap keluarga digenapi oleh Yesus
dengan cara mmenyediakan hidangan dua meja yang harus dijadikan sumber
kehidupannya, yakni meja mimbar dimana setiap keluarga dapat mendengarkan,
merenungkan dan membatinkan setiap sabda Tuhan untuk menjadi sumber
kekuatannya.Meja kedua ialah Altar atau meja kurban dimana setiap keluarga dapat
menimba sumber kehidupannya, yakni menyambut tubuh dan darah Kristus lewat
perjamuan kudus.
2.
Mimbar Meja Sabda
Tata Upacara ekaristi disusun dalam empat rubrik yakni
ritus pembuka, Liturgi sabda, liturgi Ekaristi dan ritus penutup.Pada saat
mengikuti perayaan ekaristi setelah ritus pembuka selesai, selanjutnya umat
memasuki liturgi Sabda dimana segala daya diarahkan pada meja mimbar guna dapat
ambil bagian secara penuh mulai dari bacaan pertama, Mz. Tanggapan, Bacaan
kedua, bait pengantar Injil, Pembacaan Injil dan homili. Tujuannya ialah tidak
lain agar hal pokok dalam liturgi sabda tidak terlewatkan begitu saja.Mengapa ?
karena melalui lturgi sabda tersebut Tuhan ingin menyampaikan pesanNya kepada
seluruh jemaat yang hadir.
Yesus pernah bersabda,”manusia hidup bukan saja dari roti
melainkan juga dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah” (
Mat.4:4).Keluarga kristiani mewujudkan diri sebagai Gereja yang dinamis, jika
ia hidup dan menghayati suatu kehidupan yang dengan tekun mendengarkan pangajaran
para rasul dan dalam persekutuan ( Bdk. Kis 2:42).Tekun mendengarkan para rasul
artinya setiap keluarga kristiani selalu merindukan untuk mendengarkan Firman
Tuhan yang disediakan melalui meja mimbar.
Dalam dan melalui meja mimbar, keluarga kristiani mendengarkan
pewartaan Tuhan, lewat bacaan-bacaan Kitab Suci, Mz Tanggapan,dan terutama
melalui homili yang disajikan oleh hamba Tuhan yakni para imam tertahbis,
keluarga kristiani menimba kekuatan/daya yang menguatkan atau obor yang
menerangi kehidupannya guna melaksanakan tugas perutusannya.
Oleh karena itu jika keluarga hadir dalam perayaan misa
saat menjelang liturgi ekaristi alias persiapan persembahan, maka sejatinya ia
kehilangan hal yang pokok dalam keseluruhan ekaristi yakni Liturgi sabda,
dimana Yesus sendiri hadir dan bersabda lewat pembacaan Firman Tuhan guna
menyampaikan pesan kebenaran FirmanNya yang amat bermanfaat bagi kehidupan
manusia pada umumnya dan keluarga pada khsusnya.
3.
Altar Meja Kurban
Apa sebabnya keluarga Kristiani merindukan pesta
perjamuan Kudus? Sebagaimana setiap perjamuan boleh dihayati bukan saja untuk
memenuhi kebutuhan pribadi, sosial dan berfungsi sebagai sarana untuk
menciptakan persaudaraan, persatuan serta perdamaian dengan “yang kudus”
Demikian juga perjamuan Kudus dapat dihayati sebagai simbol untuk menyatakan
persatuan dan kesatuan dengan sesama dan Yahwe, sebagaimana dinyatakan dalam
Perjanjian Sinai, yakni terciptanya suatu masyarakat yang adil dan benar.
Dalam Perjamuan ini Yahwe dirasakan hadir sebagai tamu,
sekaligus sebagai teman sehidangan. kehadiran Allah dalam Perjamuan itu
dihayati sebagai peristiwa “keselamatan”. Peristiwa keselamatan itu dinyatakan
dengan pengangkatan piala syukur. Syukur atas keselamatan yang telah diberikan:
pembebasan dari Mesir, tanah yang subur (rezeki) dan keturunan.
Aktivitas makan-minum (perjmuan) juga dipakai oleh Yesus
dalam pewartaanNya, sebab makan kecuali untuk menciptakan persatuan dan
persaudaraan, juga menjadi lambang bagi perjamuan abadi yang dislenggarakan
oleh Bapa bagi setiap insan.. Yesus sebelum mengalami penderitanNya, Ia
mengadakan perjamuan makan bersama para rasul. itulah perjamuan terakhir.
dengan itu Yesus menyatakan bahwa keselamatan terjadi dan terpenuhi dalam diri
Yesus lewat sengsara, wafat dan kebangkitanNya.
Dalam perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan,
penyelamat kita mengadakan kurban ekaristi, tubuh dan darahNya untuk
melangsungkan kurban salib selama peredaran abad sampai Ia datang kembali.
Dengan demikian Ia mempercayakan kepada Gereja, mempelainya yang tercinta,
peringatan akan wafat dan kebangkitanNya: Sakramen kasih sayang, tanda
kesatuan, ikatan cinta kasih, Perjamuan Paskah, dimana kristus disantap, jiwa
dipenuhi rahmat dan dberi jaminan kemualiaan kekal.
Pangkal Ekaristi adalah Perjamuan terakhir Yesus dengan
para muridNya, dimanaYesus melaksanakan dua tindakan, yakni memberi diriNya
sebagai santapan dan mempersembahkan diri, sebagai tanda ketaatannya kepada
Bapa. melalui Perjamuan diungkapkan kebersamaan dan persaudaraan, baik dengan
sesama maupun dengan yesus sendiri, karena perjamuan itu sendiri disucikan oleh
Roh Kudus.
Jadi dalam dan melalui ekaristi peristiwa penyelematan,
yang dikerjakan Allah dalam diri Yesus itu dirayakan, diwartakan, dikenangkan
dan dihadirkan kembali ( I Kor 11:26). Yesus yang menderita, wafat dan kemudian
bangkit itu , kini hadir dalam diri umat yang aktif, hadir dalam sabda yang
diwartakan dan hadir terutama dalam rupa roti dan anggur yang dikonsakrir.
Oleh karena setiap orang yang hadir dalam perayaan
ekaristi serta ambil bagiansecara aktif dari keseluruhan upacara, ia mengalami
kahadiran dan kebersatuannnya dengan Tuhan pun dengan sesama. Pengalaman
kehadiran dan kebersatuannya dengan Tuhan dan sesama itu manakala ia menyantap
roti dan anggur yang dikonsakrir itu. Yesus Kristus hadir dalam rupa roti dan
anggur, sehingga yang menyambut dapat merasakan, mengecap dan menyantap tubuh
Kristus sendiri. Inilah keselamatan itu, yakni ketika manusia bersatu dengan
Tuhan dan sesama, lalu yang dirasakan adalah damai, Syalom.
Dengan demikian setiap keluarga kristiani hendaknya
selalu merindukan Ekaristi. Akan tetapi mengapa ? Jawabannya ialah karena
ekaristi merupakan sumber hidup keluarga. Dari Ekaristilah semua kekuatan
rahmat untuk berkarya. Ekaristi itu akan menjiwai dan menjadi kekuatan bagi
karya dan kehidupan keluarga.
Ekaristi disebut sebagai sumber hidup keluarga, karena
iman kristiani meyakini bahwa Yesus Kristus yang datang dari Bapa itu
melaksanakan karya keselamatan melalui sengsara, wafat dan kebangkitanNya. Dari
peristiwa inilah keselamatan manusia dinyatakkan secara penuh, utuh dan
kongkrit. Peristiwa inilah yang dikenangkan dan dihadirkan oleh keluarga
kristiani dalam ekaristi.Dengan itu Ekaristi menjadi sumber hidupnya, sebab
dalam dan melalui ekaristi itu setiap keluarga memperoleh keselamatan,
sekaligus menerima rahmat pengudusan untuk berkarya dalam hidup kesehariannya.
Jemaat beriman yang tegabung dalam Gereja Rumah Tangga
itu merupakan bagian dari mempelai Kristus yang tercinta, yang bisa hidup hanya
dari Kristus sendiri. Gereja Rumah Tangga itu merupakan kaum pilihan Allah yang
kini tengah berziarah menuju Tanah Air Surgawi. Perjalanan menujunGereja Yang
Jaya itu membutuhkan bekal. Bekal perjalanan itu sumbernya tidak lain adalah
Ekaristi.